ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1.  Latar Belakang Masalah  
           Seiring
  dengan  kemajuan  pesat  dalam  dunia  ilmu  pengetahuan  dan 
teknologi,  bidang  telekomunikasi  juga  mengalami  kemajuan  yang  
cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap 
mampu membantu hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak 
hidup Semakin  lama  pola  pikir  konsumen  berubah  seiring  
perkembangan telepon, kini mulai beralih menggunakan telepon seluler, 
sehingga perusahaan penyedia  jasa  layanan  telekomunikasi  dapat  
mengambil  peluang  baru  dari keinginan-keinginan dan kebutuhan 
konsumen yang belum terpenuhi. 
 
Pilihan-pilihan  teknologi  telekomunikasi  yang  dapat  dimanfaatkan oleh masyarakat
 masing-masing memiliki  kelebihan  dan  kekurangan.  Salah satunya  
telepon  seluler  yang  berbasis  teknologi  CDMA  (Code  Division 
Multiple Access)  yang  beroperasi menggunakan  lisensi  telepon  
saluran  tetap (fixed wireless) memiliki  tarif  jauh  lebih  rendah  
(sama  dengan  tarif  telepon tetap/ fixed line) dibanding dengan tarif 
telepon seluler yang berbasis GSM.  Teknologi CDMA  juga menyediakan 
kapasitas  suara dan komunikasi data, memungkinkan lebih banyak 
pelanggan untuk terhubungkan pada waktu bersamaan  serta  memungkinkan  
untuk  tugas-tugas  multimedia.  Teknologi CDMA  mengkonsumsi  tenaga  
listrik  yang  kecil  sehingga  memungkinkan untuk memperpanjang daya  
tahan baterai dan waktu bicara dapat  lebih  lama. Selain  itu,  
rancangan  teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari upaya penyadapan. 
Melihat  kondisi  konsumen  seperti  itu,  perusahaan-perusahaan  yang 
bergerak di bidang telekomunikasi mulai berlomba-lomba mengeluarkan 
kartu Sim  Card  (isi  dari  telepon  seluler)  dengan  jenis  CDMA  
demi  memuaskan konsumen.  PT.  Telekomunikasi  Tbk,  atau  yang  biasa 
 dikenal  dengan  sebutan TELKOM merupakan perusahaan  informasi dan 
komunikasi  (InfoCom) serta penyedia  jasa  dan  jaringan  
telekomunikasi  secara  lengkap  (full  service  and network provider) 
yang  terbesar di Indonesia. Produk dan  layanan TELKOM menjadi dua 
yaitu produk dan layanan untuk korporat dan produk dan layanan untuk 
personal. Produk  dari  TELKOM  yang  berkaitan  dengan  CDMA  adalah 
TELKOMFlexi  (sering disebut Flexi). Flexi mulai diperkenalkan pada 
bulan Desember  2002  dan  secara  komersial  mulai  diluncurkan  Mei  
2003.  Flexi beroperasi  pada  dua  frekuensi  yaitu  1,9  GHz  untuk  
wilayah  Jakarta  dan sekitarnya  serta  800 MHz  di  daerah-daerah. 
Tantangan  Flexi  semakin  besar ketika  perusahaan  pesaing  mulai  
memunculkan  teknologi-teknologi  terbaru (misalnya 3G) dengan harga di 
bawah standart.  Salah  satu  strategi  yang  digunakan  oleh  
perusahaan TELKOM  untuk menawarkan produk FLEXY agar menarik minat 
konsumen  terhadap produk tersebut  adalah melalui  iklan.  Seiring  
pertumbuhan  ekonomi,  iklan menjadi sangat  penting  karena  konsumen  
potensial  akan  memperhatikan  iklan  dari produk yang  ia akan beli. 
Fungsi  iklan selain sebagai promosi  juga berfungsi (Kotler  :  2000); 
 menginformasikan  suatu  produk  atau  jasa  ataupun  profit perusahaan
 dan sebagai media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk 
atau jasa. Iklan  mempengaruhi  minat  beli  konsumen  dalam  
tindakannya  dan keyakinannya  akan merek  produk  yang  ditawarkan  
perusahaan.  Peran  iklan dalam  mempengaruhi  penjualan  seperti  yang 
 terlihat  dari  berbagai  teknik periklanan  televisi  dengan  tingkat 
 eksposur  iklan  memberikan  image tersendiri  bagi  konsumen  (Lutz  :
  1995).  Perusahaan  berharap  konsumen potensial  akan  berperilaku  
seperti  yang  diharapkan  melalui  iklan komersialnya. Iklan  yang  di 
 tayangkan media  televisi membentuk  pernyataan  sikap konsumen  yang  
mempengaruhi  minat  beli  konsumen.  Pembentukan  sikap terhadap  iklan
  dipengaruhi  oleh  persepsi  konsumen  terhadap  iklan.  Sikap 
terhadap  iklan    ini  diawali  cara  konsumen  berfikir mengenai  
sebuah  Iklan. Sikap  terhadap  iklan  (afektif)  merupakan  cara  
konsumen  merasakan  hal tersebut.  Assael  (2001:  368)  mendefinisikan
  sikap  terhadap  iklan  adalah kecenderungan  konsumen  untuk  
menjawab  dengan  baik  atau  tidak  baik terhadap iklan tertentu. Dalam
  penelitian  ini  selain  dipengaruhi  secara  langsung  oleh  sikap 
terhadap  iklan,  minat  beli    konsumen  dipengaruhi  langsung  oleh  
sikap terhadap merek. Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan
 Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch  (1986) dipengaruhi secara  
langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap 
terhadap merek diawali oleh  proses  kognitif  yang  bekerja  terhadap  
rangsangan.  kemudian  akan mempengaruhi  minat  beli  konsumen  
terhadap  produk  yang  ditawarkan. Menurut Assael (2001: 82) sikap 
terhadap merek yaitu merupakan pernyataan mental Yang menilai positif 
atau negatif, bagus  tidak bagus,  suka  tidak  suka suatu produk.  
 
            Dari
  latar  belakang  yang  dikemukakan maka  penelitian  ini mencoba untuk
  meneliti  hal  tersebut  yaitu  dengan  mengambil  topik  yang  
berkaitan dengan  ”ANALISIS  FAKTOR-FAKTOR  YANG  MEMPENGARUHI MINAT  
BELI  KONSUMEN  PADA  IKLAN  FLEXY”.  (Studi  pada Masyarakat  
banjarmasin selatan).
1.2  Perumusan Masalah 
     Dari  latar  belakang masalah,  perumusan  dalam  penelitian  ini  adalah sebagai berikut:
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap merek?
 
         3. Apakah persepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap iklan? 
 
         4.  Apakah persepsi terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap merek?
         5.  Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
 1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Untuk  menganalisis  pengaruh  persepsi  produk/pesan  terhadap  sikap terhadap merek.   
2.  Untuk  menganalisis  pengaruh  persepsi  terhadap  sumber/model  terhadap sikap terhadap merek.   
3.  Untuk  menganalisis  pengaruh  persepsi  terhadap  sumber/model  terhadap sikap terhadap iklan.   
4.  Untuk  menganalisis  pengaruh  persepsi  terhadap  iklan  terhadap  sikap terhadap iklan.   
5.  Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap sikap terhadap merek.   
6.  Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli.   
7.  Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap minat beli.
1.4  Manfaat Penelitian  
1.  Bagi Praktisi  
Dari  hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  digunakan  sebagai  
bahan pertimbangan  konsumen  dalam  mengevaluasi  citra  produk  FLEXY 
melalui  persepsi  produk,  persepsi  terhadap  sumber,  persepsi  
terhadap iklan, sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan.  
2.  Bagi Akademisi  
Dari  hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  digunakan  sebagai  
bahan referensi  atau  kajian  bagi  penelitian-penelitian  berikutnya  
mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.  
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
              Semakin
 majunya perekonomian dan  teknologi, berkembang pula strategi  yang  
harus  dijalankan  perusahaan,  khususnya  dibidang pemasaran.  Untuk  
itu  perusahaan  perlu  memahami  atau  mempelajari perilaku konsumen 
dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh  konsumen  
tersebut. Dalam  menentukan  jenis  produk  
atau  jasa, konsumen  selalu mempertimbangkan  tentang  produk  atau  
jasa  apa  yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu
  yang  secara  langsung  terlibat  dalam  mendapatkan  dan 
mempergunakan barang-barang dan  jasa-jasa  tersebut didalamnya proses 
pengambilan  keputusan  pada  persiapan  dan  penentuan  
kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10).  
Hubungannya  dengan  keputusan  pembelian  suatu  produk  atau jasa,  
pemahaman  mengenai  perilaku  konsumen  meliputi  jawaban  atas 
pertanyaan  seperti  apa  (what)  yang  dibeli,  dimana  membeli  
(where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa 
(under what  condition)  barang-barang  dan  jasa-jasa  dibeli. 
A. Perilaku Konsumen
           Perilaku
  konsumen  yang dikemukakan Kotler  (1997  :  10) menerangkan bahwa  
keputusan  konsumen  dalam  pembelian  selain dipengaruhi  oleh  
karakteristik  konsumen,  dapat  dipengaruhi  oleh rangsangan  
perusahaan  yang  mencakup  produk,  harga,  tempat  dan promosi. 
Variabel-variabel diatas  saling mempengaruhi proses keputusan pembelian
  sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada  
pilihan  produk,  pilihan merek,  pilihan  penyalur, waktu  pembelian, 
jumlah pembelian 
B. Persepsi Konsumen
             Menurut
  Kotler  (1997)  persepsi  adalah  proses memilih, menata, menafsir 
stimuli yang dilakukan  seseorang agar mempunyai arti  tertentu. Stimuli
  adalah  rangsangan  fisik,  visual  dan  komunikasi  verbal  dan  non 
verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael  
(1995)  dalam  Sodik  (2003) menyebutkan  bahwa  persepsi terhadap  
suatu  produk  melalui  proses  itu  sendiri  terkait  dengan 
komponennya  (kemasan,  bagian  produk,  bentuk)  serta  komunikasi  
yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan 
produk  melalui  latar  kata-kata,  gambar  dan  simbolisasi  atau  
melalui stimuli  lain yang diasosiasikan dengan produk  (harga,  tempat,
 penjualan, dampak  dari  negara  pejualan).
C. Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran              Strategi
  pemasaran  terdiri  atas  unsur-unsur  pemasaran  yang terpadu  yang  
selalu  berkembang  sejalan  dengan  gerak  perusahaan  dan 
perubahan-perubahan  lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku 
konsumen. Hal ini disebabkan karena strategi pemasaran menyangkut dua 
kegiatan pemasaran yang pokok yaitu  : pemilihan pasar-pasar yang akan 
dijadikan  sasaran  pemasaran  dan  merumuskan  dan  menyusun  suatu 
kombinasi yang dapat  tepat dari bauran pemasaran,  agar kebutuhan para 
konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.
D. Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
2.2 Periklanan
1. Definisi Periklanan
Periklanan pada dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi periklanan menurut institute praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins (1996: 5) adalah: Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada (calon) konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236) mengartikan periklanan sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang,atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut lima M ( kotler 1997: 236) Sebagai berikut:
a) Mission (misi)
 b)  Money (uang)  
 c)  Message (pesan)  
 d)  Media (media)
 e)  Measuremen (pengukuran) 
 2. Tujuan Periklanan
      Tujuan periklanan menurut kotler (1997: 236) sebagai berikut: 
tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.
b). Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif”
Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk permintaan selektif untuk
suatu merk tertentu.
c). Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat”
Iklan pengingat sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan yang berhubungan
dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli
sekarang bahwamereka telah melakukan pilihan yang benar.
3. Anggaran Periklanan
Setelah memutuskan tujuan periklanan. Langkah selanjutnya adalah memutuskan anggaran periklanan
untuk setiap produk
4. Pesan Periklanan
Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat
dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut ”kreatif”, pesan atau isi iklan disebut ”pekerjaan
kreatif ”. Iklan meliputi latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan
kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan antara satu iklan dengan
iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri itulah arti komunikasi.
5. Pemilihan Media Iklan
Pemilihan media iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat efektif mencapai
dan diterima konsumen sasaran.
2.3 Persepsi
1. Pengertian Persepsi Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan interpretasinya. Dan juga persepsi ini juga ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
2. Persepsi Produk / Pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument) dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk, Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung ( support argument ). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). Persepsi mengenai pesan/produk yang telah terbentuk setelah konsumen sasaran menyaksikan penayangan iklan akan membentuk sikap mereka terhadap merek yangakan mempengaruhi minat beli secara tidak langsung.
3. Persepsi Sumber / Model Iklan
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negatif terhadap model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakan.
4. Perpersi Terhadap Iklan
Persepsi terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan secara langsung, tetapi reaksi afektif menimbulkan perasaan terhadap iklan. Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung.
2.4  Sikap  
1.  Pengertian Sikap 
        Sikap  disebut  juga  sebagai  konsep  yang  paling  khusus  dan  
sangat dibutuhkan  dalam  psikologis  sosial  kontemporer.  Sikap  juga 
merupakan salah  satu  konsep  yang  paling  penting  yang  digunakan  
pemasar  untuk memahami konsumen. Definisi  sikap  menurut  Allport  
dalam  setiadi  (2003)  adalah  suatu mental  dan  syaraf  sehubungan  
dengan  kesiapan  untuk  menanggapi, diorganisasi  melalui  pengalaman  
dan  memiliki  pengaruh  yang mengarahkan  dan  atau  dinamis  terhadap 
 perilaku.
2.  Sikap terhadap Iklan
        Sikap  terhadap  iklan  adalah  cara  konsumen mengenai  sebuah  iklan 
 : sikap  terhadap  iklan  (afektif)  merupakan  cara  konsumen  
merasakan  hal tersebut. Assael  (2001: 368) mendefinisikan  
sikap  terhadap  iklan  sebagai berikut”Attitude toward the ad is the 
consumer`s predisposition to respond favorably  or  anfavorably  to  a  
particular  ad”.  yaitu  sikap  terhadap  iklan adalah  kecenderungan  konsumen menjawab  dengan  baik  atau  tidak  baik iklan
 tertentu. Respon  kognitif  yang  positif    (support  arguments  dan  
source bolstering)umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen  
terhadap iklan:  respon  kognitif  yang  negative  (counterarguments  
dan  source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif.  Karena 
aspek afektif yang dominan maka sikap  terhadap  iklan diukur dalam  
afektif    penerima  pesan  yang menilai  baik-tidak  baik,  suka-tidak 
suka,  menarik-tidak  menarik,  kreatif-tidak  kreatif,  informati-tidak
 informatif. Mowen  dan  Minor  (2002:  378)  mengemukakan  bahwa  
konsumen mengembangkan  sikap  terhadap  iklan  seperti  terhadap merek,
  dan  sikap terhadap  iklan  ini  mempengaruhi  sikap  mereka  terhadap
  merek.  Sikap terhadap  iklan  mengacu  pada  kesukaan  atau  ketidaksukaan  konsumen secara  umum  atas  rangsangan  iklan  tertentu.
 3.  Sikap terhadap Merek
Sikap  terhadap  merek  menurut  Assael  (2001:  282)  adalah 
kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek 
dengan  cara mendukung  (positif)  atau  tidak mendukung  (negatif)  
secara konsisten.  Evaluasi  konsumen  terhadap merek  tertentu  ini  di
 mulai  dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap  terhadap merek 
didasarkan pada  skema  tentang merek  tersebut yang  telah  tertanam  
dibenak  konsumen.  seperti  telah  disebutkan  diatas bahwa komponen  
sikap  ada  3  yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga komponen
  sikap  ini  juga  terdapat dalam  sikap konsumen  terhadap produk, 
yaitu Assael (2001: 283):
a.  Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen.
Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang
dipersepsikan oleh konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen.
Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang
dipersepsikan oleh konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
4. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stoltman, 1991).
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stoltman, 1991).
5. Kerangka Pikir
Hipotesis
Berdasarkan  kerangka  pemikiran  tersebut  diatas  hipotesis  yang diajukan dalam penelitian ini adalah :  
  
H1  :  Persepsi  produk/pesan  berpengaruh  signifikan  terhadap  sikap  terhadap merek.  
H2  : Persepsi  terhadap sumber  /model berpengaruh signifikan  terhadap sikap terhadap merek.  
H3  : Persepsi  terhadap sumber  /model berpengaruh signifikan  terhadap sikap terhadap iklan.  
H4  : Persepsi  terhadap  iklan berpengaruh  signifikan  terhadap  sikap  terhadap iklan.  
H5  :  Sikap  terhadap  iklan  berpengaruh  signifikan  terhadap  sikap  terhadap merek.  
H6   : Sikap terhadap merek berpengaruh signifikan terhadap minat beli.  
H7   : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap  minat beli. 
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Target populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan Banjarmasin Selatan yang pernah melihat iklan televisi dari produk FLEXY. Karena baik merek produk maupun iklan, produk yang diteliti dalam penelitian ini sudah sering dilihat dan diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam penlitian ini bahwa jumlah populasi terbatas.
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
A. Jenis yang digunakan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Dalam
penelitian ini, data primer diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui responden.
B. Sumber Data yang didapat
Menurut Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber data adalah subjek dari data dapat diperoleh.
Menurut Supomo (1999: 147), data primer adalah sumber data penelitan yang langsung dikumpulkan
dari tangan pertama atau sumber asli dan diolah oleh perorangan (tidak melalui media perantara). Data
ini diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan menyebar kuesioner.
C. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili populasi (Djarwanto
Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu :
  
a.  100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.  
  
b.  Tergantung  pada  jumlah  parameter  yang  diestimasi.  Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
  c.  Tergantung   pada  jumlah  indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.  
          
d.  Bila sampelnya sangat   besar, maka peneliti dapat memilih  teknik estimasi.Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam penelitian (n=30).
3.3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2004). Yaitu semua masyarakat yang pernah melihat iklan FLEXY di media televisi dan pernah menggunakannya.
3.4 Definisi Operasional
a. Persepsi Produk/Pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus
pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument)dan argumen yang menentang
(counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang
berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan
ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung
argumen atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen
yang menolak berhubungan secara negatif dengan penerimaan pesan, semakin menolak pesan yang
disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan
informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung (support
argument).
b. Persepsi Terhadap Sumber/Model
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan.
Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negatif terhadap
model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen
berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima
apa yang model katakan. Persepsi terhadap sumber/model tidak selalu negatif. Konsumen yang bereaksi
baik terhadap sumber/ model iklan menghasilkan persepsi yang baik atau mendukung model iklan.
Pembuat iklan dapat menyewa seorang pembicara atau model yang disukai oleh konsumen sasaran
untuk membawa efek atas pesan yang disampaikan.
c. Persepsi Terhadap Iklan
Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi
suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik.
Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung. Selain dengan
ukuran suka tidak suka, reaksi afektif konsumen terhadap iklan, khususnya iklan komersial di televisi
dapat diukur dengan pernyataan terhadap gaya, ide, produksi, audio pembuatan suatu iklan(Mehta,
1994). Reaksi ini akan ditransformasikan pada sikap terhadap merek dan minat beli konsumen
d. Sikap Terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh
konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif)
secara konsisten. Variable ini diukur dengan menggunakan dimensi sikap terhadap merek yaitu tentang
pernyataan mental penerima pesan yang menilai positif atau negative, bagus-tidak bagus, suka-tidak suka,
berkualitas-tidak berkualitas suatu produk (Assael, 2001 ).
e. Sikap Terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan: sikap terhadap iklan (afektif)
merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut.. Assael (2001) mendefinisikan sikap terhadap iklan
sebagai berikut ”Attitude toward the ad is the consumer`s predisposition to respond favorably or
anfavorably to a particular ad”. artinya sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab
dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu.
f. Minat Beli
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil
tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan
konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian
yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
3.5 Uji validitas Dan Uji Reabilitas
a. Uji validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan mengetahui apakah item-item
tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat.
Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang digunakan dalam
penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator
konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan
alat ukur yang mencukupi dan representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan
Schindler, 2006: 318). Dikarenakan syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM, indikator
masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk yang diukur
maka dalam penelitian ini pengujian validitas instrument yang digunakan adalah Confirmatory Factor
Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12, dimana setiap item pertanyaan harus
mempunyai factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998: 111). Dalam CFA kita juga harus
melihat pada output dari rotated component matrix yang harus secara ekstrak secarasempurna. Jika
masing-masing item pertanyaan belum ekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan
Factor analisys harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.
b. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika
diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha denga bantuan
SPSS FOR WNDOWS versi 12. Ukuran yang dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliable,
apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas
menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tinjatan reliabilitas dengan criteria sebagai berikut:
Jika alpha atau r hitung:
1.  0,8-1,0      = Reliabilitas baik  
2.  0,6-0,799    = Reliabilitas diterima  
3.  kurang dari 0,6   = Reliabilitas kurang baik  
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Eqation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis fktor untuk mengstimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
3.7 Uji Analisis
Dalam analisis ini SEM, tidak ada uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1998), tetapi berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang disajikan. Fit index yang digunakan meliputi:
a. Chi Square
Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji apakah sebuah model yang sesuai dengan
data. Chi Square sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.
Oleh karenanya pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya. nilaiChi-squares merupakan ukuran
mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005: 29).
b. Goodness Of Fit Indeks (GFI)
Indeks yang mnggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual
kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai GFI ≥ 0,90
mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik.
c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi square
menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 dan 0,08 mengindikasikan
indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model (Gozali dan Fuad, 2005: 24).
d. Adjusted Goodness Fit Of Index (AGFI)
Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan
dengan ratio dari degree of freedom (Ghozali dan Fuad, 2005: 31). Analog dengan R2 pada regresi
berganda. Nilai yang direkomendasikan adalah AFGI ≥ 0,90, semakin besar nilai AFGI maka semakin
baik kesesuaian yang dimiliki model.
e. Tucker Lewis Index (TLI)
TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan
baseline model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model
(Ghozali dan Fuad, 2005: 34). Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI
merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.
f. Normed Fit Index (NFI)
Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model (Ghozali
dan Fuad, 2005: 25). Nilai yang direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90.
g. Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0
sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik.
Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel
dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥
0,90 (Ghozali dan Fuad, 2005: 34)
h. Normed Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare dibagi dengan degree of freedom.
Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur hubungan goodness of fit model dan
jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang
direkomendasikan untuk menerima adalah CMIN/DF <>
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen pemasaran, dasar, konsep, dan strategi. Jakarta.
Cooper, Donal R and Schindler, Pamela S, 2003, business research methods, the. MC Grow-Hill Lumpanies, Singapore.
Kotler Philip, 2000, manajemen pemasaran edisi millennium, terjemahan, edisi kelima, jilid I dan II, PT. Prihalindo, Jakarta.
Swee Hoo ang, Sew Meng Kong, Chin Tien Tan, 2000, Manajemen pemasaran perfektif asia, penerbit Andi, Yogyakarta.
Lamb, Hair Mc, Daniel, 2001 Manajemen pemasaran, erlangga, Jakarta
SUMBER:  buabuazone88.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar