ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring
dengan kemajuan pesat dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi, bidang telekomunikasi juga mengalami kemajuan yang
cukup pesat. Komunikasi merupakan suatu hal yang penting yang dianggap
mampu membantu hidup manusia. Sejak ditemukannya alat komunikasi, gerak
hidup Semakin lama pola pikir konsumen berubah seiring
perkembangan telepon, kini mulai beralih menggunakan telepon seluler,
sehingga perusahaan penyedia jasa layanan telekomunikasi dapat
mengambil peluang baru dari keinginan-keinginan dan kebutuhan
konsumen yang belum terpenuhi.
Pilihan-pilihan teknologi telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya
telepon seluler yang berbasis teknologi CDMA (Code Division
Multiple Access) yang beroperasi menggunakan lisensi telepon
saluran tetap (fixed wireless) memiliki tarif jauh lebih rendah
(sama dengan tarif telepon tetap/ fixed line) dibanding dengan tarif
telepon seluler yang berbasis GSM. Teknologi CDMA juga menyediakan
kapasitas suara dan komunikasi data, memungkinkan lebih banyak
pelanggan untuk terhubungkan pada waktu bersamaan serta memungkinkan
untuk tugas-tugas multimedia. Teknologi CDMA mengkonsumsi tenaga
listrik yang kecil sehingga memungkinkan untuk memperpanjang daya
tahan baterai dan waktu bicara dapat lebih lama. Selain itu,
rancangan teknologi CDMA menjadikan CDMA aman dari upaya penyadapan.
Melihat kondisi konsumen seperti itu, perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang telekomunikasi mulai berlomba-lomba mengeluarkan
kartu Sim Card (isi dari telepon seluler) dengan jenis CDMA
demi memuaskan konsumen. PT. Telekomunikasi Tbk, atau yang biasa
dikenal dengan sebutan TELKOM merupakan perusahaan informasi dan
komunikasi (InfoCom) serta penyedia jasa dan jaringan
telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider)
yang terbesar di Indonesia. Produk dan layanan TELKOM menjadi dua
yaitu produk dan layanan untuk korporat dan produk dan layanan untuk
personal. Produk dari TELKOM yang berkaitan dengan CDMA adalah
TELKOMFlexi (sering disebut Flexi). Flexi mulai diperkenalkan pada
bulan Desember 2002 dan secara komersial mulai diluncurkan Mei
2003. Flexi beroperasi pada dua frekuensi yaitu 1,9 GHz untuk
wilayah Jakarta dan sekitarnya serta 800 MHz di daerah-daerah.
Tantangan Flexi semakin besar ketika perusahaan pesaing mulai
memunculkan teknologi-teknologi terbaru (misalnya 3G) dengan harga di
bawah standart. Salah satu strategi yang digunakan oleh
perusahaan TELKOM untuk menawarkan produk FLEXY agar menarik minat
konsumen terhadap produk tersebut adalah melalui iklan. Seiring
pertumbuhan ekonomi, iklan menjadi sangat penting karena konsumen
potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang ia akan beli.
Fungsi iklan selain sebagai promosi juga berfungsi (Kotler : 2000);
menginformasikan suatu produk atau jasa ataupun profit perusahaan
dan sebagai media untuk mengingatkan konsumen terhadap suatu produk
atau jasa. Iklan mempengaruhi minat beli konsumen dalam
tindakannya dan keyakinannya akan merek produk yang ditawarkan
perusahaan. Peran iklan dalam mempengaruhi penjualan seperti yang
terlihat dari berbagai teknik periklanan televisi dengan tingkat
eksposur iklan memberikan image tersendiri bagi konsumen (Lutz :
1995). Perusahaan berharap konsumen potensial akan berperilaku
seperti yang diharapkan melalui iklan komersialnya. Iklan yang di
tayangkan media televisi membentuk pernyataan sikap konsumen yang
mempengaruhi minat beli konsumen. Pembentukan sikap terhadap iklan
dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap iklan. Sikap
terhadap iklan ini diawali cara konsumen berfikir mengenai
sebuah Iklan. Sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara
konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368) mendefinisikan
sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen untuk
menjawab dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu. Dalam
penelitian ini selain dipengaruhi secara langsung oleh sikap
terhadap iklan, minat beli konsumen dipengaruhi langsung oleh
sikap terhadap merek. Pembentukan sikap terhadap merek menurut Burke dan
Edell (1989); Mackenzie, Lutz dan Belch (1986) dipengaruhi secara
langsung oleh persepsi konsumen terhadap produk atau pesan. Sikap
terhadap merek diawali oleh proses kognitif yang bekerja terhadap
rangsangan. kemudian akan mempengaruhi minat beli konsumen
terhadap produk yang ditawarkan. Menurut Assael (2001: 82) sikap
terhadap merek yaitu merupakan pernyataan mental Yang menilai positif
atau negatif, bagus tidak bagus, suka tidak suka suatu produk.
Dari
latar belakang yang dikemukakan maka penelitian ini mencoba untuk
meneliti hal tersebut yaitu dengan mengambil topik yang
berkaitan dengan ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
BELI KONSUMEN PADA IKLAN FLEXY”. (Studi pada Masyarakat
banjarmasin selatan).
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah, perumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap merek?
3. Apakah persepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
4. Apakah persepsi terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap iklan?
1. Apakah persepsi produk/pesan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
2. Apakahpersepsi terhadap sumber/model berpengaruh pada sikap terhadap merek?
5. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada sikap terhadap merek?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
6. Apakah sikap terhadap merek berpengaruh pada minat beli?
7. Apakah sikap terhadap iklan berpengaruh pada minat beli?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh persepsi produk/pesan terhadap sikap terhadap merek.
2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap sumber/model terhadap sikap terhadap merek.
3. Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap sumber/model terhadap sikap terhadap iklan.
4. Untuk menganalisis pengaruh persepsi terhadap iklan terhadap sikap terhadap iklan.
5. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap sikap terhadap merek.
6. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli.
7. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap iklan terhadap minat beli.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi citra produk FLEXY
melalui persepsi produk, persepsi terhadap sumber, persepsi
terhadap iklan, sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan.
2. Bagi Akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya
mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin
majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang
harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang pemasaran. Untuk
itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari perilaku konsumen
dalam hubungannya dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen
tersebut. Dalam menentukan jenis produk
atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau
jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10).
Hubungannya dengan keputusan pembelian suatu produk atau jasa,
pemahaman mengenai perilaku konsumen meliputi jawaban atas
pertanyaan seperti apa (what) yang dibeli, dimana membeli
(where), bagaimana kebiasaan (how often) membeli dan dalam keadaan apa
(under what condition) barang-barang dan jasa-jasa dibeli.
A. Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen yang dikemukakan Kotler (1997 : 10) menerangkan bahwa
keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh
karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan
perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi.
Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian
sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada
pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian,
jumlah pembelian
B. Persepsi Konsumen
Menurut
Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir
stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli
adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non
verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael
(1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap
suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan
komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi
yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan
produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau
melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat,
penjualan, dampak dari negara pejualan).
C. Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran Strategi
pemasaran terdiri atas unsur-unsur pemasaran yang terpadu yang
selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan
perubahan-perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku
konsumen. Hal ini disebabkan karena strategi pemasaran menyangkut dua
kegiatan pemasaran yang pokok yaitu : pemilihan pasar-pasar yang akan
dijadikan sasaran pemasaran dan merumuskan dan menyusun suatu
kombinasi yang dapat tepat dari bauran pemasaran, agar kebutuhan para
konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.
D. Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau merek. Rangsangan tersebut kemudian diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
2.2 Periklanan
1. Definisi Periklanan
Periklanan pada dasarnya merupakan salah satu tahap dari pemasaran, yang tiap-tiap tahap itu bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan jaringannya akan terputus jika salah satu mata rantai itu lemah. Periklanan menjadi tahap yang penting yang sama pentingnya dengan tahap-tahap lain dalam proses pemasaran. Definisi periklanan menurut institute praktisi periklanan Inggris dalam Jefkins (1996: 5) adalah: Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan kepada (calon) konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan dengan biaya yang paling ekonomis. Kotler (1997: 236) mengartikan periklanan sebagai berikut: Periklanan adalah segala bentuk penyajian non-personal dan promosi ide, barang,atau jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembiayaan. Dalam membuat program periklanan manajer pemasaran harus selalu mulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan yang disebut lima M ( kotler 1997: 236) Sebagai berikut:
a) Mission (misi)
b) Money (uang)
c) Message (pesan)
d) Media (media)
e) Measuremen (pengukuran)
2. Tujuan Periklanan
Tujuan periklanan menurut kotler (1997: 236) sebagai berikut:
tahap awal suatu jenis produk, tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.
b). Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif”
Penting dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk permintaan selektif untuk
suatu merk tertentu.
c). Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat”
Iklan pengingat sangat penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan yang berhubungan
dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli
sekarang bahwamereka telah melakukan pilihan yang benar.
3. Anggaran Periklanan
Setelah memutuskan tujuan periklanan. Langkah selanjutnya adalah memutuskan anggaran periklanan
untuk setiap produk
4. Pesan Periklanan
Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat
dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut ”kreatif”, pesan atau isi iklan disebut ”pekerjaan
kreatif ”. Iklan meliputi latihan menulis dan mendesain dalam kata-kata dan gambar, serta memerlukan
kemampuan verbal maupun kemampuan menggambar yang memadai. Perbedaan antara satu iklan dengan
iklan yang lain seringkali terletak pada pesan itu sendiri itulah arti komunikasi.
5. Pemilihan Media Iklan
Pemilihan media iklan sangat penting agar pesan yang disampaikan dalam iklan dapat efektif mencapai
dan diterima konsumen sasaran.
2.3 Persepsi
1. Pengertian Persepsi Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata, menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu. Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Persepsi tidak hanya tergantung pada sifat-sifat rangsangan fisik, tapi juga pada pengalaman dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman yang berbeda-beda, akan membentuk suatu pandangan yang berbeda sehingga menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula. Makin sedikit pengalaman dalam perilaku pembelian, makin terbatas pula luasan interpretasinya. Dan juga persepsi ini juga ada hubungannya antara rangsangan dengan medan yang mengelilingi dan kondisi dalam diri seseorang. Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek. Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.
2. Persepsi Produk / Pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument) dan argumen yang menentang (counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk, Sehingga indikasi bahwa pemrosesan informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung ( support argument ). Assael (1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan, bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan, dampak dari negara pejualan). Persepsi mengenai pesan/produk yang telah terbentuk setelah konsumen sasaran menyaksikan penayangan iklan akan membentuk sikap mereka terhadap merek yangakan mempengaruhi minat beli secara tidak langsung.
3. Persepsi Sumber / Model Iklan
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan. Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negatif terhadap model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima apa yang model katakan.
4. Perpersi Terhadap Iklan
Persepsi terhadap iklan tertuju pada iklan itu sendiri. Pada saat melihat iklan, banyak konsumen yang tidak memperhatikan klaim produk dan atau pesan secara langsung, tetapi reaksi afektif menimbulkan perasaan terhadap iklan. Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik. Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung.
2.4 Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan
sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga
merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan
pemasar untuk memahami konsumen. Definisi sikap menurut Allport
dalam setiadi (2003) adalah suatu mental dan syaraf sehubungan
dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman
dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap
perilaku.
2. Sikap terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan
: sikap terhadap iklan (afektif) merupakan cara konsumen
merasakan hal tersebut. Assael (2001: 368) mendefinisikan
sikap terhadap iklan sebagai berikut”Attitude toward the ad is the
consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to a
particular ad”. yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik iklan
tertentu. Respon kognitif yang positif (support arguments dan
source bolstering)umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen
terhadap iklan: respon kognitif yang negative (counterarguments
dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif. Karena
aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam
afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak
suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak
informatif. Mowen dan Minor (2002: 378) mengemukakan bahwa
konsumen mengembangkan sikap terhadap iklan seperti terhadap merek,
dan sikap terhadap iklan ini mempengaruhi sikap mereka terhadap
merek. Sikap terhadap iklan mengacu pada kesukaan atau ketidaksukaan konsumen secara umum atas rangsangan iklan tertentu.
3. Sikap terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001: 282) adalah
kecenderungan yang dipelajari oleh konsumen untuk mengevaluasi merek
dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif)
secara konsisten. Evaluasi konsumen terhadap merek tertentu ini di
mulai dari sangat jelek sampai sangat bagus. Sikap terhadap merek
didasarkan pada skema tentang merek tersebut yang telah tertanam
dibenak konsumen. seperti telah disebutkan diatas bahwa komponen
sikap ada 3 yaitu: Kognitif, Afektif dan Konatif maka ketiga komponen
sikap ini juga terdapat dalam sikap konsumen terhadap produk,
yaitu Assael (2001: 283):
a. Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran).
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen.
Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang
dipersepsikan oleh konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
b. Brand evaluation adalah komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen.
Kepercayaan terhadap suatu merek adalah multi dimensional karena mereka mewakili atribut merek yang
dipersepsikan oleh konsumen.
c. Kecenderungan untuk bertindak adalah komponen konatif (tindakan) dan pada umumnya komponen ini dengan melihat ”maksud untuk membeli” dari seorang konsumen adalah penting dalam mengembangkan strategi pemasaran.
4. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stoltman, 1991).
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Mochammad Yuliostiano & Retno Tanding Suryandari (2003), menyatakan bahwa semua variabel predictor yaitu persepsi terhadap produk, persepsi terhadap model persepsi terhadap iklan, serta sikap terhadap merek dan sikap terhadap iklan secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan dalam pembentukan minat beli konsumen pada iklan. Terdapat sebuah penemuan bahwa keterlibatan pembuatan iklan (adexecution involvement) tinggi dan keterlibatan pesan iklan (ad message) rendah, aspek peripheral dari iklan bekerja lebih dominan (Mackenzie dan Lutz, 1989). Dalam kondisi ini, sikap terhadap iklan menjadi dominan mempengaruhi sikap terhadap iklan dan pengaruh hal-hal yang berhubungan dengan pesan menjadi minimal (Muehlin, Laczmick, dan Stoltman, 1991).
5. Kerangka Pikir
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Persepsi produk/pesan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H2 : Persepsi terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H3 : Persepsi terhadap sumber /model berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H4 : Persepsi terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap iklan.
H5 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap sikap terhadap merek.
H6 : Sikap terhadap merek berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
H7 : Sikap terhadap iklan berpengaruh signifikan terhadap minat beli.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Target populasi dari penelitian ini adalah masyarakat di kalangan kecamatan Banjarmasin Selatan yang pernah melihat iklan televisi dari produk FLEXY. Karena baik merek produk maupun iklan, produk yang diteliti dalam penelitian ini sudah sering dilihat dan diketahui. Dengan asumsi jumlah dalam penlitian ini bahwa jumlah populasi terbatas.
3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
A. Jenis yang digunakan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. Dalam
penelitian ini, data primer diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui responden.
B. Sumber Data yang didapat
Menurut Supomo (2002: 107) yang dimaksud sumber data adalah subjek dari data dapat diperoleh.
Menurut Supomo (1999: 147), data primer adalah sumber data penelitan yang langsung dikumpulkan
dari tangan pertama atau sumber asli dan diolah oleh perorangan (tidak melalui media perantara). Data
ini diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dan menyebar kuesioner.
C. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya dianggap mewakili populasi (Djarwanto
Ps, 1996: 108). Ferdinand (2002: 48) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu :
a. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.
d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 100 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam penelitian (n=30).
3.3 Teknik pengumpulan data
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian (Jogiyanto, 2004). Yaitu semua masyarakat yang pernah melihat iklan FLEXY di media televisi dan pernah menggunakannya.
3.4 Definisi Operasional
a. Persepsi Produk/Pesan
Persepsi produk/pesan tertuju pada produk yang dibuat dalam komunikasi. Perhatian berfokus
pada dua tipe respon yaitu argumen yang mendukung (support argument)dan argumen yang menentang
(counter argument) (Belch dan Belch, 1995). Counter argument merupakan persepsi konsumen yang
berkebalikan dengan pesan dalam iklan. Konsumen akan mengekspresikan ketidakyakinan dan
ketidaksetujuan terhadap klaim dalam iklan mengenai produk. Konsumen lain ada yang mendukung
argumen atau berpersepsi bahwa konsumen setuju atau sependapat dengan klaim dalam iklan. Argumen
yang menolak berhubungan secara negatif dengan penerimaan pesan, semakin menolak pesan yang
disampaikan maka penerimaan pesan juga akan semakin minimal. Sehingga indikasi bahwa pemrosesan
informasi iklan berjalan efektif bila seorang konsumen memberikan argumen yang mendukung (support
argument).
b. Persepsi Terhadap Sumber/Model
Persepsi sumber/model iklan tertuju pada sumber atau model yang mengkomunikasikan iklan.
Respon paling kritis dari konsumen adalah penghinaan sumber/model atau persepsi negatif terhadap
model. Hal ini akan mendorong penurunan penerimaan pesan. Umumnya ini terjadi ketika konsumen
berpendapat bahwa model berkata tidak jujur atau membohongi sehingga konsumen kurang menerima
apa yang model katakan. Persepsi terhadap sumber/model tidak selalu negatif. Konsumen yang bereaksi
baik terhadap sumber/ model iklan menghasilkan persepsi yang baik atau mendukung model iklan.
Pembuat iklan dapat menyewa seorang pembicara atau model yang disukai oleh konsumen sasaran
untuk membawa efek atas pesan yang disampaikan.
c. Persepsi Terhadap Iklan
Persepsi ini meliputi reaksi terhadap faktor iklan seperti kreatifitas efek gambar, warna dan intonasi
suara ( Belch dan Belch, 1995 ). Persepsi terhadap iklan dapat berupa tanggapan baik atau tidak baik.
Hal ini penting karena efeknya pada sikap terhadap iklan dan juga merek secara langsung. Selain dengan
ukuran suka tidak suka, reaksi afektif konsumen terhadap iklan, khususnya iklan komersial di televisi
dapat diukur dengan pernyataan terhadap gaya, ide, produksi, audio pembuatan suatu iklan(Mehta,
1994). Reaksi ini akan ditransformasikan pada sikap terhadap merek dan minat beli konsumen
d. Sikap Terhadap Merek
Sikap terhadap merek menurut Assael (2001) adalah kecenderungan yang dipelajari oleh
konsumen untuk mengevaluasi merek dengan cara mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif)
secara konsisten. Variable ini diukur dengan menggunakan dimensi sikap terhadap merek yaitu tentang
pernyataan mental penerima pesan yang menilai positif atau negative, bagus-tidak bagus, suka-tidak suka,
berkualitas-tidak berkualitas suatu produk (Assael, 2001 ).
e. Sikap Terhadap Iklan
Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan: sikap terhadap iklan (afektif)
merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut.. Assael (2001) mendefinisikan sikap terhadap iklan
sebagai berikut ”Attitude toward the ad is the consumer`s predisposition to respond favorably or
anfavorably to a particular ad”. artinya sikap terhadap iklan adalah kecenderungan konsumen menjawab
dengan baik atau tidak baik terhadap iklan tertentu.
f. Minat Beli
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil
tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan
konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian
yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
3.5 Uji validitas Dan Uji Reabilitas
a. Uji validitas
Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner bertujuan mengetahui apakah item-item
tersebut benar-benar mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini dengan tepat.
Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari variabel yang digunakan dalam
penlitian ini. Hal ini memberikan dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator
konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-butir pengukuran tersebut merupakan
alat ukur yang mencukupi dan representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis (Cooper dan
Schindler, 2006: 318). Dikarenakan syarat untuk dapat menganalisis model dengan SEM, indikator
masing-masing konstruk harus memiliki loading factor yang signifikan terhadap konstruk yang diukur
maka dalam penelitian ini pengujian validitas instrument yang digunakan adalah Confirmatory Factor
Analisys (CFA) dengan bantuan SPSS FOR WINDOWS versi 12, dimana setiap item pertanyaan harus
mempunyai factor loading yang lebih dari 0,40 (Hair et al., 1998: 111). Dalam CFA kita juga harus
melihat pada output dari rotated component matrix yang harus secara ekstrak secarasempurna. Jika
masing-masing item pertanyaan belum ekstrak secara sempurna, maka proses pengujian validitas dengan
Factor analisys harus diulang dengan cara menghilangkan item pertanyaan yang memiliki nilai ganda.
b. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks kepercayaan yang baik jika
diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha denga bantuan
SPSS FOR WNDOWS versi 12. Ukuran yang dipakai untuk menunjukkan pernyataan tersebut reliable,
apabila nilai Cronbach Alpha > 0,6 ( Suharsimi Arikunto, 2002: 172). Indikator pengukuran reliabilitas
menurut Sekaran (2000: 312) yang membagi tinjatan reliabilitas dengan criteria sebagai berikut:
Jika alpha atau r hitung:
1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik
2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima
3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Structural Eqation Modelling (SEM). SEM merupakan teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi berganda dan analisis fktor untuk mengstimasi serangkaian hubungan ketergantungan secara simultan (Hair et al, 1998). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program AMOS versi 4 untuk menganalisis hubungan kausalitas dalam model struktural yang diusulkan.
3.7 Uji Analisis
Dalam analisis ini SEM, tidak ada uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1998), tetapi berbagai fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang disajikan dan data yang disajikan. Fit index yang digunakan meliputi:
a. Chi Square
Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji apakah sebuah model yang sesuai dengan
data. Chi Square sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.
Oleh karenanya pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya. nilaiChi-squares merupakan ukuran
mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali dan Fuad, 2005: 29).
b. Goodness Of Fit Indeks (GFI)
Indeks yang mnggambarkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual
kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai GFI ≥ 0,90
mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik.
c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi square
menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 dan 0,08 mengindikasikan
indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model (Gozali dan Fuad, 2005: 24).
d. Adjusted Goodness Fit Of Index (AGFI)
Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit Of Index (GFI) yang telah disesuaikan
dengan ratio dari degree of freedom (Ghozali dan Fuad, 2005: 31). Analog dengan R2 pada regresi
berganda. Nilai yang direkomendasikan adalah AFGI ≥ 0,90, semakin besar nilai AFGI maka semakin
baik kesesuaian yang dimiliki model.
e. Tucker Lewis Index (TLI)
TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan
baseline model. TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model
(Ghozali dan Fuad, 2005: 34). Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI ≥ 0,90. TLI
merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.
f. Normed Fit Index (NFI)
Indeks ini juga merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model (Ghozali
dan Fuad, 2005: 25). Nilai yang direkomendasikan adalah NFI ≥ 0,90.
g. Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0
sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik.
Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif terhadap besarnya sampel
dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥
0,90 (Ghozali dan Fuad, 2005: 34)
h. Normed Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare dibagi dengan degree of freedom.
Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonius yang mengukur hubungan goodness of fit model dan
jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Nilai yang
direkomendasikan untuk menerima adalah CMIN/DF <>
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan, SE MBA, 2002, Manajemen pemasaran, dasar, konsep, dan strategi. Jakarta.
Cooper, Donal R and Schindler, Pamela S, 2003, business research methods, the. MC Grow-Hill Lumpanies, Singapore.
Kotler Philip, 2000, manajemen pemasaran edisi millennium, terjemahan, edisi kelima, jilid I dan II, PT. Prihalindo, Jakarta.
Swee Hoo ang, Sew Meng Kong, Chin Tien Tan, 2000, Manajemen pemasaran perfektif asia, penerbit Andi, Yogyakarta.
Lamb, Hair Mc, Daniel, 2001 Manajemen pemasaran, erlangga, Jakarta
SUMBER: buabuazone88.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar