Pages


Minggu, 11 Mei 2014

Sebentar Lagi, Bertransaksi dengan Kartu Kredit Harus Gunakan PIN

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebentar lagi, transaksi memakai kartu kredit wajib memasukkan angka rahasia atau personal identification number (PIN) sebanyak enam digit dan tak cukup hanya menggesek serta tandatangan. Terkait dengan ketentuan itu, Rico Usthavia Frans, Senior Vice President Electronic Banking Bank Mandiri, meminta para pemegang kartu kredit bank berlogo pita emas ini melakukan registrasi ulang mulai 1 Juni nanti. Registrasi ini merupakan bagian proses perubahan transaksi kartu kredit yang mewajibkan PIN enam digit.

            Selama ini, PIN kartu kredit Mandiri hanya empat digit. Catatan saja, kewajiban memasukkan PIN hanya berlaku pada transaksi tarik tunai. Menurut Rico, proses perubahan PIN ini tidak mengganggu laju bisnis kartu kredit Mandiri. "Tapi, kalau bank tidak siap mengantisipasi, bisa terjadi penurunan volume transaksi pembayaran," kata Rico, saat dihubungi KONTAN, Minggu, (11/5).
Steve Marta, General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), kebijakan PIN enam digit bisa melindung nasabah. PIN dapat meminimalkan praktik kejahatan (fraud).
"Saat ini belum semua bank menggunakan PIN enam digit. Masih banyak yang empat digit," ujar Steve. Jika Mandiri meminta registrasi ulang, BNI lebih simpel. Bank berlogo angka 46 ini sudah mengirimkan PIN enam digit kepada nasabah kartu kreditnya, sejak April lalu.


            BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 14/2/PBI/2012 dan Surat Edaran (SE) No. 14/17/DASP. Dalam aturan yang berlaku efektif per 1 Januari 2015 itu, bank atau penerbit kartu kredit wajib menerapkan sistem keamanan transaksi kartu kredit berupa enam digit PIN. PIN tidak cuma berlaku saat penarikan tunai, melainkan untuk seluruh transaksi.

Ekonomi Indonesia dan Gerakan Buruh

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, selain memberikan kepercayaan diri dan legitimasi sementara kepada kelas kapitalis, juga memiliki efek yang besar pada perkembangan kelas buruh. Pada beberapa tahun terakhir, kita saksikan investasi asing besar yang masuk ke Indonesia. Investasi asing yang besar ini mengalir deras ke Indonesia justru ketika ekonomi dunia sedang kesulitan. Di satu artikel analisa kita, kita menulis: “Indonesia bisa terus tumbuh pesat pada periode krisis ini bukanlah karena keunggulan para kapitalis Indonesia dibandingkan para kapitalis Eropa yang ekonominya sekarang terseok-seok, atau karena hebatnya dan pintarnya para penjabat kita. Justru krisis ekonomi dunia lah yang merupakan alasan mengapa ekonomi Indonesia bisa mencetak pertumbuhan 5-6%.
Di hampir semua negeri-negeri kapitalis maju, kemandegan ekonomi berarti bahwa tidak ada lagi profit besar yang bisa mereka dapatkan dengan berinvestasi di negeri mereka masing-masing. Di Kanada, korporasi-korporasi besar duduk di atas tumpukan uang sebesar $500 milyar yang tidak mereka investasikan, sampai-sampai Gubernur Bank Kanada, Mark Carnery, mengkritik perusahaan-perusahaan tersebut agar menggunakan uang ini untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang hari ini sangat dibutuhkan. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menyimpan cadangan uang sebesar $5000 milyar – yakni 5 kali lipat dari ekonomi Indonesia – yang tidak mereka gunakan. Begitu juga di seluruh Eropa. Tidak semua kapital ini duduk diam. Sebagian kecil kapital ini lalu mencari lahan investasi yang masih dapat memberikan keuntungan, dan Indonesia adalah salah satu lahan subur tersebut. Gaji buruh yang murah, serikat buruh yang relatif lemah karena baru lahir kembali setelah 1998, infrastruktur yang cukup kondusif; inilah beberapa alasan utama yang menyebabkan masuknya investasi asing yang besar. Pada 2009, investasi asing hanya sebesar $4,9 milyar, lalu menjadi $18,9 milyar pada 2011, dan lalu $23 milyar pada 2012. Inilah sumber dari pertumbuhan ekonomi 6% selama beberapa tahun terakhir ini, yakni meningkatnya investasi asing yang berarti juga semakin diperasnya nilai lebih dari keringat buruh.” (Sedikit evaluasi dari Kegagalan Kita, 2 Juli 2013)
Marx mengatakan, dengan semakin tumbuhnya kapitalisme, maka semakin besar pula kelas proletariat. Ia mengatakan “Kapitalisme menciptakan penggali liang kuburnya sendiri.” Dengan membangun lebih banyak pabrik, maka kapitalisme menciptakan batalion-batalion proletar yang lebih besar. Di Indonesia, pada 2011 terjadi pertumbuhan di sektor suku cadang otomotif sebesar 29,8 persen. Begitu juga di banyak sektor industri berat lainnya. Oleh karenanya, tidak mengherankan kalau tahun 2012 adalah tahunnya gerakan buruh: gelombang pemogokan dan demo buruh, May Day raksasa 2 tahun berturut-turut, terbentuknya MPBI, sweeping dan grebek pabrik, kelas-kelas ekopol berjamuran, dan Getok Monas.
Namun gerakan buruh bukanlah sesuatu yang bergerak dalam garis lurus, yang dapat terus naik. Pasang naik dan surut adalah sesuatu yang wajar. Belakangan ini memang sudah terlihat penurunan mobilisasi ini. Indikasinya adalah ketidakmampuan gerakan buruh untuk menghentikan kenaikan BBM dan RUU Ormas. Namun ini bukan karena massa buruh yang tidak berani. Ini adalah persoalan kepemimpinan. Radikalisasi massa buruh – terutama yang ada di dalam serikat-serikat besar – terbentur dengan kepemimpinan mereka. Adalah sebuah hukum di dalam gerakan buruh dimanapun, bahwa dengan semakin radikalnya massa buruh maka akan menjadi semakin konservatif pemimpin mereka. Ini bahkan dapat terjadi di antara serikat-serikat yang katanya “merah”.
Bila pada tahun lalu pemogokan, demo, dan mogok nasional dapat memaksa kapitalis dan pemerintah untuk memenuhi tuntutan buruh, maka hari ini konsensi semacam itu akan semakin sulit didapati. Tekanan dari perekonomian dunia yang sedang mengalami krisis berarti bahwa akan semakin menjadi mustahil bagi buruh untuk dapat hidup sejahtera. Periode yang sedang kita masuki adalah periode penghematan, periode pemangkasan, dan ini juga benar di Indonesia. Taktik-taktik pemogokan biasa sudah tidak lagi memadai. Kita bisa melihat Yunani, dimana sudah terjadi 29 pemogokan umum nasional dalam 3 tahun terakhir, dan ini sama sekali tidak menyelesaikan persoalan yang dihadapi rakyat pekerja Yunani. Dalam periode ke depan, kemenangan-kemenangan yang diraih buruh tahun lalu akan semakin sulit didapati. Buruh luas akan belajar bahwa mereka harus menggunakan taktik-taktik yang lebih radikal, dan mengadopsi perspektif politik yang lebih revolusioner. Buruh luas akan belajar, dan mereka akan belajar dengan cepat.
Di sisi lain, para pemimpin reformis di dalam serikat-serikat buruh justru akan menjadi semakin kecut. Mereka akan menjadi penghambat yang semakin besar bagi perkembangan kesadaran kelas para anggota mereka. Ketika kapitalisme sudah terseok-seok dan hidup segan mati tak mau, para pemimpin reformis justru akan merangkul kapitalisme dengan lebih bersemangat. Trotsky mengatakan, pengkhianatan adalah implisit di dalam reformisme. Ini bukan karena para pemimpin reformis tersebut tidak jujur, tidak amanah (walau ada juga yang memang tidak amanah), tidak tulus dalam pembelaan mereka terhadap buruh. Ini karena mereka percaya bahwa dalam batas-batas kapitalisme maka buruh bisa sejahtera. Kalau kau mempercayai kapitalisme, maka kau akan didikte oleh logika kapitalisme dan akan jadi pelayan kepentingan kapitalis secara sadar atau tidak. Justru yang paling berbahaya adalah pemimpin reformis yang benar-benar jujur dan amanah. Mereka sungguh-sungguh jujur dan tulus ingin membela buruh, dan oleh karenanya meraih kepercayaan yang besar dari buruh. Namun dengan tulus pula mereka akan menyeret kelas buruh ke dalam kekalahan karena paham reformismenya.
Di masa mendatang akan terjadi penajaman konflik antara elemen radikal-revolusioner dan elemen konservatif-reformis di dalam serikat-serikat buruh besar seperti MPBI. Proses konflik ini akan terjadi secara tertutup dan terbuka, tetapi tidak ada penyangkalan kalau proses ini sedang terjadi. Kita akan saksikan krisis di dalam serikat-serikat buruh ini, dimana para anggota yang semakin radikal berbenturan dengan para pemimpin reformis-konservatif yang mengekang mereka. Ini akan menjadi proses pembelajaran berikutnya bagi buruh luas.


Dampak Globalisasi Terhadap Ekonomian Indonesia

Dampak Globalisasi - Globalisasi ialah bebasnya keterkaitan sosial dan saling membutuhkan antar wilayah negara di dunia bahkan antar manusia sehingga semakin menyempitkan batas-batas antar Negara. Sedangkan menurut Achmad Suparman, globalisasi merupakan suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Maka dari itu timbul harapan kepada masyarakat dan pelaku industri yang harus siap menemui pengaruh yang terjadi dari globalisasi terutama pengaruh globalisasi pada ekonomi Indonesia.

Salah satu contoh globalisasi yang bisa kita rasakan saat ini adalah pasar bebas. Tentu hal ini tak terlepas dari pengaruh yang akan ditimbulkan baik positif dan negatif. Pengaruh postif globalisasi diantaranya :
  • Meningkatnya produksi global.
  • Dapat meningkatkan taraf ekonomi suatu negara
  • Mendapatkan lebih banyak modal dan pengetahuan yang lebih baik
  • Terciptanya pandangan yang lebih terbuka di segala aspek kehidupan

Sedangkan pengaruh negative yang akan timbul karena globalisasi adalah sebagai berikut :
  • Meningkatnya tingkat konsumtif masyarakat
  • Tidak tersaringnya kebebasan informasi
  • Berkurangnya nilai budaya lokal
  • Mengganggu Sektor industri
  • Kacaunya neraca pembayaran
  • Mempersulit sektor ekonomi jangka panjang

Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
  1. Semakin sering beroperasinya kapal-kapal tanker yang mendistribusi barang antar negara.
  2. Makin sempitnya ruang dan waktu yang ditandai oleh pesawat telepon, satelit dan internet.
  3. Ketergantungan pasar dan produksi ekonomi di berbagai negara dunia, bertambahnya pengaruh perusahaan multinasional dan organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
  4. Bertambahnya intensitas interaksi kultural ditandai berkembangnya media massa.
  5. Melonjaknya problema universal, contohnya masalah lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi dan lain-lain.
Dalam persaingan di era globalisasi, menuntut produk yang dapat menunjukkan kualitas dan kreasinya. Oleh karena itu para pelaku pasar industri diharapkan mau dan mampu belajar memperluas pengetahuan serta berpikiran terbuka dengan tidak melupakan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Mari coba kita lihat bentuk nyata globalisasi ekonomi di Indonesia adalah mulainya CAFTA (China Asia Free Trade Assosiation) beroperasi dimana diberlakukan impor komoditas China. Ditambah lagi berlakunya perjanjian penghapusan tarif impor, disitu dapat kita rasakan betapa pasar saat ini yang dibanjiri oleh produk China. Namun jika kita sadar sebenarnya Indonesia harus bisa belajar dari China.

Mereka yang sangat pandai meniru produk dan membuatnya labih baik daripada yang ditiru merupakan kunci keberhasilan China selama ini. Tak perlu menyalahkan siapapun atas ketidakdigdayaan Indonesia dalam menghadapi pasar global saat ini. Yang diperlukan adalah bagaimana cara kita untuk segera menyadari dan berubah menjadi lebih baik lagi. Jadikan anggapan masyarakat dunia bahawa orang Indonesia kaya akan inovasi, kreasi dan mau bekerja keras serta pantang menyerah bahwa itu semua benar.

IHSG Menghijau di Sesi Pembukaan

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini dibuka menguat, mengikuti pergerakan bursa di regional yang sebagian besar menguat pada pagi hari ini. Memasuki menit ketiga setelah pembukaan pasar, IHSG menguat sebesar 18,95 poin atau 0,38 persen menjadi 4.917,09. Penguatan indeks ditopang oleh 108 saham yang diperdagangkan naik pada sesi pembukaan hari ini.

Sementara itu sebanyak enam saham melemah dan 43 saham stagnan. Saham-saham yang memberikan turnover positif terbesar bagi pemegang saham adalah LPKR (Rp 1.070), SMGR (Rp 15.050), BBRI (Rp 10.200), ANTM (Rp 1.285), dan WIKA (Rp 2.370). Sementara itu, seluruh indeks sektoral menguat pada pagi ini, yaitu agribisnis (0,23 persen), pertambangan (0,95 persen), industri dasar (0,72 persen), aneka industri (0,54 persen), konsumer (0,13 persen), properti (0,74 persen), infrastruktur (0,15 persen), keuangan (0,11 persen), perdagangan (0,36 persen) dan manufaktur (0,39 persen).

Dari regional, sebagian besar bursa saham di kawasan Asia Pasifik menguat, mengekor Wall Street yang pada akhir pekan lalu ditutup menguat karena ditopang saham-saham teknologi. Indeks Nikkei Jepang naik 0,09 persen menjadi 14.213,06, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,08 persen di posisi 21.880,01.


Harga Minyak Menguat di Pasar Asia

SUNGAPURA, KOMPAS.com - Harga minyak di pasar Asia naik pada awal pekan ini, Senin (12/5/2014). Hal itu terjadi setelah pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur mengklaim bahwa mayoritas pemilih memilih kemerdekaan. Kalimat itu memicu terjadinya perang saudara dan mengganggu pasokan. Kontrak utama New York , West Texas Intermediate (WTI) naik 9 sen dollar AS ke 100,08 dollar AS per barel untuk pengiriman Juni, sedangkan minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni naik 32 sen dollar AS menjadi 108,21 dollar AS per barel.
"Dengan risiko meningkatnya ketegangan geopolitik di dalam dan sekitar Ukraina, pasokan minyak bisa terganggu," ujar Desmond Chua, analis pasar pada CMC Market, Senin (12/5/2014). Pemberontak di provinsi Donetsk Ukraina pada Minggu mengklaim bahwa total 89 persen pemilih mendukung pemerintahan sendiri atau terlepas dari Ukraina. Negara-negara Barat khawatir hal itu bisa mempercepat perpecahan di negara yang merupakan pecahan Uni Soviet tersebut dan menyebabkan perang saudara ditepi timur Eropa, sehingga bisa mengganggu persediaan dan mengirim harga energi meroket.

Phillip Futures yang berbasis di Singapura mengatakan investor juga khawatir karena tuntutan Rusia pekan lalu bahwa Ukraina harus membayar di muka untuk gas alam pada pengiriman mendatang. Pengumuman itu membahayakan pasokan ke sebagian besar Uni Eropa, karena hampir 15 persen dari semua gas Rusia dikonsumsi oleh blok beranggotakan 28 negara itu transit di Ukraina.


CAPITAL MARKET

Indonesia had experienced economic devastation that had been built through the joints of the new order policy began crawling back construct the foundation of the economy. International Financial Corporation (IFC) classification of stocks linked to the classification of the state. If the country is still classified as a developing country, the market in the country is also in a developing stage, although market shares are fully functional and well organized.

        Developed capital markets can be identified through a country, whether the country is a developed country or a developing country classified. Indicator is the per capita income of a country, which is usually included in the low to middle-income countries. But the most striking characteristic is seen the value of the market capitalization of companies listed, the cumulative trading volume, the tightness of capital markets regulation, sophistication and culture to domestic investors
.
Consequences of growing capital market is a small market capitalization value. A measure of market capitalization ratio is usually seen from the comparison with the value of a country's gross domestic product. In addition to the other consequences is the presence of thin trading volume (thin trading) caused by trade (non-syncronous trading) on the market. Synchronous trading is not caused by the number of securities traded not entirely, meaning that there is some specific time in which a securities transaction does not occur (Hartono, 2003). Indonesia which is still listed on the IFC is still a developing country with the worst investment climate in the East Asian region. Even with a record like that, in fact we are still considered by foreign investors. The fact that there are national companies with actually being in the strategic sectors of the country, offered by some foreign institutions through the acquisition of shares. The presence of capital inflows as investments in general is foreign investment should be a booster of the macro economy. The main reason for foreign investors to move their funds to developing countries is that developing countries have the potential untapped business entirely, as in the classic motifs of investment to other countries. Michael Fairbanks and Stace Lindsay senior consultant at Monitor Company express purpose of foreign investors coming to the poorer countries is usually only see an opportunity to attract natural resources, cheap labor and wages as the target product or service that is not good quality.

But there are other reasons that accompany such motives , the striking differences with developed countries. If we use a life cycle approach to the business of developing countries into the category growth (growth) than developed countries that fall into the category of ripe (mature). It means that there is the attraction of high economic growth which of course is accompanied by a high return anyway, because economic growth is an aggregate indicator of industry in a country. For example, the mobile telecommunications business in Indonesia, which explored the new solid in Java alone, while outside it still has high potential to serve new markets.


New Communication Technologies for Business

Each successful business desires out to have one of the best communication equipment accessible that you can purchase. its barely an easy reality. if you really cant properly communicate along with your completely different branches, then your efficiency will require a giant hit. communicating isnt that laborious though. there are several advances within the past few years that grant nice benefits out to your efforts. 
One amongst the easiest would take the variety of an easy teleconference through one thing much like the polycom soundstation. you in all probability already determine what this can be. its basically only 1 huge conference, except you dont have to be compelled to pack everybody into one board space. there will be variety of benefits out to this setup. the initial is the idea that you're utilizing a good position out to make the most of of telecommuting. any of your respective remote workers will barely press a couple of buttons and log straight into the conference from their home phone. this too works for any remote branches who are wanting out to be concerned. there will be nearly countless edges out to having one installed. you certainly will have larger gathering located within conferences and youll be able out to embody everybody while not annoying travel plans. there is additionally the usual ability out to tape the conference for higher archiving. avaya ip office phones can work during this capability out to create everything gathering a trifle higher. 

It is vital which you consider the time out to setup the connection properly though. there's no reason to purchase an inferior product specifically for your own personal teleconference. if you really go cheap and dont have it professionally installed, in that case static and poor pickup can effectively ruin any sensible conference. the excellent news is the idea that you've got a number of choices. the polycom system works out to provide you with a significant microphone vary that ought to able out to handle any little or medium space. there will be different choices though. only a basic search on-line can show variety of firms who are wanting your business. 


You may go utilizing a phone system through avaya partner acs. they will provide similar setups specifically for your own personal conference desires. its very barely concerning obtaining what you wish a reputable company. check to discover who has got native branches after which see whether or not one amongst their merchandise fits your capability desires higher. its laborious to inform you whats one of the best while not understanding your exact situation. these 2 firms ought to a very good method to begin though. only 1 phone decision may let you begin having teleconferences that create everything run smoother and a lot of efficiently.

HISTORY OF MANAGEMENT ACCOUNTING

In the 1880s, American manufacturing company began to concentrate in the development of large-capacity production technology. The managers and engineers at the metal company has developed a procedure to calculate the cost of the relevant product called scientific management. This procedure is used to analyze the productivity and profit of a product. However, as the development of accounting thought so after the procedure in 1914 began to disappear from the company's accounting practices.

After World War I, there is a financial accounting rules that have reduced the impact of accounting information useful for evaluating the performance of subordinates in large companies (lost relevance). Until 1920, all managers believe the information related to primary production processes, transactions and events which result in a nominal amount in the financial statements.
After 1925, the information is used by managers to be more simple and a lot of manufacturing companies in the U.S. have developed management accounting procedures as it is known today. 

During a period of more than sixty years, accounting academics trying to restore the relevance of accounting information rooming with financial accounting information. The attempt to use a simple model of manufacturing companies, similar to the 19th century textile company, and in order to address the problem of production, academics reorder inventory kos reporting information. Nevertheless, the model is too simple to explain the real problems faced by managers but it how the information in order to facilitate boarding derived from the financial statements can be made relevant to the decision-making (management kos).

Beginning in the 1980s to the present, management accounting experience a period of rapid growth with its role as a chaperone financial accounting.
Johnson and Kaplan write beautifully in "Relevance Lost: The Rise and Fall of Management Accounting". Book a decent enough read to understand about management accounting. 

Rupiah Weakens to 11,564 at Close

The rupiah trade among banks in Jakarta on Wednesday afternoon depreciated by 45 points to Rp 11,564 per US dollar from Rp 11,519. "The slowdown in Indonesia's gross domestic product [GDP] throughout the first quarter of 2014, released earlier this week, made investors worry about the country's economic performance, hence a depreciating rupiah," Monex Investindo analyst Futures Zulfirman Basir said in Jakarta on Wednesday as quoted by Antara news agency.
An external factor that weakened the rupiah rate was the contraction of the Chinese services sector, making global investors anxious toward assets in risky countries, including Indonesia. "China is one of Indonesia's main trade partners. The slowdown in one of the Chinese economic indicators caused concerns about Indonesia's trade balance," he said.
In addition, he said investors in financial markets tended to be wary as they were waiting for more statements from the US Federal Reserve governor Janet Yellen. "They are waiting for the statements because they can give an outlook on US monetary policy," he continued.
Meanwhile, Bank Indonesia's mid-rate showed the rupiah traded at Rp 11,527 per dollar on Wednesday, down from Rp 11,511 yesterday. (nfo)


Jakarta Composite Index Climbs 0.57%; Indonesian Rupiah Down 0.51%

Completely opposite to our expectations, the benchmark stock index of Indonesia (known as the Jakarta Composite Index or IHSG) managed to climb 0.57 percent to 4,862.02 points on Wednesday (07/05). The gain was unexpected as there were no clear factors that could provide positive market sentiments. Moreover, today's Asian stock indices were mostly down. Coincidence or not, tomorrow Bank Indonesia will announce whether its benchmark interest rate (BI rate) - currently set at 7.50 percent - will be changed or maintained.
I expect that the BI rate will be maintained at 7.50 percent as several economic data (inflation and the trade balance) are showing an improving trend. Moreover, in June and July there may be inflationary pressures due to the holy fasting month (Ramadan) and subsequent Idul Fitri celebrations - which both give rise to increased household consumption - as well as higher electricity prices.
Higher commodity prices were probably the reason behind Indonesia's rising plantation and mining stocks. Asian indices were mostly down due to the appreciating Japanese yen (against the US dollar). This caused the Nikkei index to fall, dragging other Asian indices down with it.
The Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.51 percent to 11,578 per US dollar based on the Bloomberg Dollar Index. As usual, ahead of the central bank's Board of Governor's Meeting, the currency tends to depreciate, particularly when market participants expect that the BI rate will be maintained as that will not bring new stimulans for the rupiah. Bank Indonesia's benchmark rupiah rate (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, abbreviated JISDOR) depreciated 0.13 percent to IDR 11,527 against the US dollar on Wednesday (07/05).

Minggu, 04 Mei 2014

TUGAS 2 BAHASA INGGRIS BISNIS



PART I
In the following sentences supply the article (a, an or the) if the are necessary.

1.      Jason’s father bought him bicycle that he had wanted for his birthday.
2.      The statue of liberty was a gift of friendship from france to United States.
3.      Rita is studying English and math this semester.
4.      Please give me a cup of coffe with cream and sugar.
5.      The big books on the  table are for my history class.
6.      when you go to the store, please buy a bottle of chocolate milk and a dozen oranges.
7.      John and Mery went to school yesterday and then studies in the library before returning home.
8.      What did you eat for breakfast this morning?
9.      The chair that you are sitting is broken.
10. Phill cannot go to  the  movies tonight because he has to write an essay.


PART II
Fill in the blanks with the appropriate form of other.

1.     This pen isn’t working. Please give me another.
2.     If you are still thirsty, I’ll make another pot of coffee.
3.     This dictionary has a page missing. Please give me another.
4.      He doesn’t need those books. He needs others.
5.    There are thirty people in the room. Twenty are from Latin America and the others are 
      from others countries.
6.   Six people are in the store. Two were buying meat. Another was looking at magazines.  
     The other was eating candy bar. The others were walking around looking for more food.
7.     This glass of milk is sour. The other glass of milk is sour too.
8. The army was practicing it drills. One group was doing artillery practice. Another  was marching;  another was at attention; and the other was practicing combat tactics.
9.  There are seven students from Japan. Others are from Iran, and the others are from others places.
10.  We looked at cars today. The first two we far too expensive, but  the other ones were reasonably priced.